Tuesday, March 13, 2018

14 Tahun

"Sebentar dong ky..., kamu gak sabaran banget sih jadi anjing." ucapku pada Pocky setiap kali kami hendak berjalan-jalan keliling komplek rumah.

Awal Jumpa
Kebersamaan kami sudah terjadi kurang lebih 14 tahun, sejak Pocky berumur 2 minggu. Masih lekat dalam ingatku bagaimana pertemuan kami pertama kali. Seorang teman kelas waktu SMA - Tami, menawarkan seekor anak anjing padaku. Ia tahu bahwa aku sudah berteman dengan beberapa anjing sejak dini, dan kebetulan saat itu aku sedang "single" alias tidak memiliki anjing. Jadilah aku menerima tawaran baiknya. Pada hari yang sudah ditentukan, aku bersama seorang kawan lain - Vicky yang dijanjikan seekor anak anjing juga, janjian ketemu di sekolah sebagai meeting point. Tanpa diduga, Vicky datang bersama seorang supir menaikki mobil buntung, memang yang kuketahui usaha orang tuanya adalah usaha bahan bangunan. Singkat cerita, kami bertiga duduk di depan dan berangkat ke rumah teman si pemberi anjing. Setelah haha hihi sejenak, kami membawa pulang masing-masing seekor anak anjing yang diangkut dengan kardus terbuka. Kedua anak anjing tersebut sangat lincah dan aktif bergerak juga bersuara, tetapi belum bisa menggonggong layaknya anjing dewasa. Persoalan belum selesai karena Vicky berbaik hati mengantarku dan anjing baruku (waktu itu belum punya nama) ke rumahku. Namun, apabila kami meletakkan kedua anjing tersebut di belakang, kami khawatir bahwa anjing tersebut memiliki potensi melompat ke jalanan tanpa pikir panjang. Maklum saja layaknya anak-anak anak anjing yang berumur 2 minggu tersebut masih senang-senangnya main-main dan mencoba hal-hal baru. Seketika itu juga, Vicky tersadar bahwa membawa mobil buntung bukanlah keputusan yang tepat. Akhirnya, ia meminta supirnya yang duduk di belakang. Berangkatlah kami dari daerah Galaxy, Bekasi Selatan menuju Tytyan Indah, Bekasi Barat - rumahku. Begitulah awal pertemuan kami.

⦽⦽⦽

Piko Pocky
Setelah anjingku di rumah, keributan melanda rumah, karena nama yang kuusulkan "Piko" tidak mencapai kuorum. Padahal nama tersebut sudah kucari, kupikirkan, kutimbang dengan matang. Papi mami mempunyai pertimbangan lain, apabila nama anjing itu Piko, maka akan dipanggil "ko.., ko.., piko.., sini..." Panggilan tersebut akan menyaru dengan panggilan adik sepupuku yang tinggalnya di seberang rumah, Rico, biasanya ia dipanggil "iko atau ko" saja. Memang ada 2 huruf yang berbeda dari kedua nama itu, tetapi pada praktek pelafalannya hanya 1 huruf yang berbeda yaitu pada huruf awalan P pada Piko dan R pada Rico. Aku mengalah, dan memilih nama Pocky. Semua sepakat (Papi, Mami, Helen, Helsa) tanpa perlawanan lebih jauh.

⦽⦽⦽

Menonton Saja
Aku tidak mempersiapkan kedatangan Pocky dengan baik, aku belum beli makanannya. Jadi setelah tiba di rumah, aku pergi ke pasar untuk membeli daging giling. Namun nampaknya Pocky masih murung dan bersedih. Ia perlu waktu lebih untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya, di rumahku. Ia masih meringkuk di pojok taman dengan muka masam dan tak bergairah. Mungkin ia merasa kesepian setelah berpisah dengan ibu kandungnya, dan juga saudara-saudara kandungnya yang satu per satu dibagikan kepada orang-orang. Perasaan kesepian yang bisa kurasakan dan kumaklumi. Tidak sampai satu hari penuh, kami sudah mulai akrab. Ketika kupanggil, ia akan datang. Ketika aku berlari, ia akan mengekor di belakang. Senyum mulai mengembang di wajahnya, dan tentunya wajahku juga. Pocky sudah mulai mau makan daging giling bercampur dengan nasi hangat yang kuracik sendiri. Namun memang makannya belum banyak dan lahap, aku pikir mungkin terlalu cepat buat anjing seusianya (2 minggu) untuk menyantap daging. Setelah kutanya kepada Tami, memang selama ini Pocky dan anak anjing lainnya diberikan makanan kering. Aku putuskan untuk mengkombinasikan ketiga makanan tersebut, nasi, daging giling, dan makanan kering.

Biasanya, aku selalu menungguinya makan sampai selesai. Namun kali itu, aku sedang agak sibuk dengan PR sekolah. Jadi setelah aku menuangkan makanannya, ia makan, dan kutinggal. Berselang 5 menit, aku mengintip dari jendela kamar ke halaman tempat Pocky makan. Alangkah kagetnya aku, karena yang sedang makan makanan tersebut adalah seekor kucing. Aku tidak langsung bergegas ke halaman, tetapi kuamati kucing itu menikmati makan tersebut, lalu aku juga mencari dimana Pocky berada saat itu. Aku lebih kaget lagi ketika melihat bahwa Pocky sedang menonton kucing itu makan dari jarak aman. Aku benar-benar geli terpingkal-pingkal. Di halaman, aku berdiri di tengah antara kucing yang sedang asyik makan dan Pocky yang menonton saja, dan aku berkata kepada Pocky, "Ayo Pok sini, jangan diam saja..Itu makananmu sedang dicuri." aku mendekat ke arah kucing, kemudian memanggil Pocky untuk mendekatiku, tetapi Pocky terlihat tidak percaya diri datang ke arahku. Setelah aku panggil beberapa kali mencoba meyakinkannya, tetapi hasilnya tetap nihil. Akhirnya kuusir kucing itu dengan paksa. Setelah itu, aku mengusap-ngusap kepala Pocky sambil berpikir, memang benar bahwa secara postu Pocky kecil kalah jauh dari kucing dewasa itu. Namun aku yakin, Pocky akan tumbuh besar dan menjadi anjing kuat suatu hari nanti.

⦽⦽⦽

Adik Kandung
Suatu kali, Tami mengirimkanku pesan singkat yang intinya ia ingin menitipkan anjingnya kepadaku karena ia hendak berlibur ke Singapura selama 4 malam. Anjing yang dititipkan kepadaku tidak lain tidak bukan adalah saudara kandung Pocky. Lebih tepatnya adik kandung, karena Pocky adalah anak sulung. Aku mengiyakan terhadap permintaan tolong dari Tami. Singkat cerita, Tami datang bersama kedua orangtuanya bersama anjing tersebut. Namanya Kiko. Tak lupa, Tami dan mamanya juga bertemu kangen dengan Pocky. Alangkah kagetnya mereka melihat Pocky karena perawakannya berbeda jauh dengan Kiko yang saat itu masih terlihat anak-anak. Pocky terlihat lebih dewasa. Tidak hanya perawakan, tetapi juga dari segi postur, Pocky terlihat lebih kekar, tegap, tinggi, dan besar. Padahal umur Pocky dan Kiko sama, yaitu sekitar 3 bulan pada waktu itu.

Tami menitipkan 1 bungkus makan kering dan 2 kemasan besar susu cair untuk Kiko yang dititipkan kepadaku. Setelah Tami dan keluarganya meninggalkan rumahku, Pocky dan Kiko sangat akrab bermain. Mungkin mereka saling berkangen ria setelah 2 bulan tak bertemu, begitu lamunanku terhadap interaksi mereka berdua. 

Hal yang sangat menarik bagiku adalah ketika aku memberikan mereka makan, maka Pocky akan makan dengan sangat bersemangat seakan 2 hari belum makan. Sedangkan Kiko akan makan dengan perlahan dan sedikit anggun. Begitu halnya ketika aku menuangkan susu segar, Pocky akan minum dengan sangat lahap sampai tidak ada lagi setetes pun sisa susu pada tempat minumnya. Sedangkan Kiko minum dengan santai dengan menyisakan susu sedikit pada tempat minumnya - mirip kalau kita minum teh botol tapi gak dihabisin, tapi sisa dikit. Nah, sisa susu Kiko yang kemudian akan "dibersihkan" oleh Pocky. Aku sendiri bertanya-tanya, mengapa Kiko berkarakter seperti ini. Apakah ia kurang bersyukur atas berkat yang diberikan padanya? atau ia masih jaim di rumahku? Entahlah. Tapi yang pasti, Inilah jawaban mengapa Pocky tumbuh lebih cepat dari Kiko.

⦽⦽⦽

Pepaya
Pocky memiliki keunikan yang jarang dimiliki anjing lain, yaitu dia pemakan segalanya layaknya manusia. Dari tiga anjing lain sebelumnya yang pernah aku asuh, hanya Pocky yang doyan makan buah dan sayur. Tentu hal ini tidak serta merta aku memberikan buah dan sayur secara sembarangan. Aku cukup menyeleksi ketat apa yang masuk ke tubuhnya. Apabila sayur, maka akan kucuci dulu agar terhindar dari bumbu-bumbu dan rasa asin garam agar bulunya tak rontok. Apabila buah, maka kupastikan tidaklah buah yang mengandum asam berlebihan seperti jeruk atau nanas. Awalnya, aku juga tidak pernah memperhitungkan bahwa anjing akan menyukai sayur dan buah, tetapi aku mengamati pada saat Pocky pup, ia memerlukan usaha ekstra untuk memfinalisasi prosesnya. Jadi, aku berinisiatif memberinya pepaya yang secara kebetulan sedang ada di kulkas rumah. Aku tidak langsung serta merta memberinya pepaya, tapi aku memakan pepayanya terlebih dahulu di depan matanya. Beberapa potong pepaya kumakan secara perlahan, aku pejamkan mataku untuk menggambarkan kenikmatan buah pepaya segar nan manis ini kepadanya. Ia tampak memandangku dengan seksama. Setelah potongan kesekian, barulah ia mendekatiku sambil sesekali mengusapkan lidahnya ke sekeliling mulutnya dan setelah itu menjulurkan lidahnya dengan tatapan memelas sambil duduk tegak di depanku persis, sebuah tanda familiar yang sering kuamati. Dengan tatapannya, Aku tahu bahwa tekadnya sudah bulat untuk meminta dan makan pepaya itu, dan benar saja, ketika kuberikan satu potong pepaya, ia langsung menyantapnya tanpa ragu dan pikir panjang.

Buah pepaya bukanlah buah favorit di keluarga kami. Keberadaannya tidaklah sering, dan hanya sesekali saja. Menjadi PR bagiku ketika buah itu sudah menjadi buah favorit Pocky, tetapi sering absen dari jadwal makannya. Kalau aku membeli buah pepaya utuh di pasar, aku malas mengupas, membersihkannya, memotong-motongnya. Akhirnya, aku menemukan tukang rujak keliling. Aku selalu membeli buah pepaya potong dingin paling tidak seminggu 1x. Tidak ada masalah, pocky tetap suka juga.

Suatu kali, saat hendak membeli pepaya potong pada abang rujak langganan, si abang bilang, bahwa semua pepaya yang ada padanya pepaya yang agak muda. Jadi agak garing dan tidak terlalu manis rasanya. Aku pikir, tidak masalah untuk membeli pepaya muda tersebut karena sudah hampir sebulan aku tidak membelikan pepaya untuk Pocky. Dan sesampainya di rumah, setelah membuka plastiknya aku memberikan potongan pepaya itu kepada Pocky. Aku tinggal ke dalam rumah, dan merasa tidak perlu melakukan monitor terhadap aktivitas makan pepaya karena sudah terjadi entah berapa kali, mungkin puluhan kali dan sudah menjadi rutinitas. Namun beberapa jam kemudian, ketika kuamati aku terkaget karena tidak seperti biasanya pepaya ludes tanpa tersisa, kali ini pepaya tersebut tersisa rapi selayaknya sisa potongan semangka setelah orang makan. Aku tertawa sambil mengusap-usap kepala Pocky, dalam benakku - ia memang anjing cerdas....

⦽⦽⦽

Nasi Goreng untuk Orang Sakit
Hampir setiap tahun, ada suatu kebiasaan di keluarga kami, yaitu berlibur bersama. Biasanya jadwalnya setiap libur lebaran. Kami akan berlibur selama 8-10 hari. Kepergian kami selama kurun waktu tersebut, berakibat aku harus menitipkan Pocky kepada temanku yang tidak berlibur di waktu yang sama. Oh ya, sebelumnya harus kusampaikan, bahwa Pocky dididik menjadi anjing penjaga, sehingga ia tidak cukup ramah terhadap orang asing - sehingga menitipkannya ke tempat penampungan anjing tidak menjadi opsi bagiku. Jadi selain harus menitipkan kepada teman, syarat lainnya adalah teman tersebut harus kuat-kuat sama anjing galak. Tantangannya menjadi ganda. Beruntungnya aku mempunyai teman karib yang juga baik hati, Martin. Ia rela, memberikan Pocky makan setiap harinya dengan mampir ke rumahku, dengan cara melemparkan makanan lewat pintu pagar. Tentang air minum, aku sudah mempersiapkan 8 ember berisi air yang kuisi penuh dan kuletakkan tersebar di sekujur halaman rumah.

Sebelum berangkat, aku menitipkan makan kering yang sudah kuoplos ke dalam kantong-kantong kecil yang sudah kutakar dengan jumlah plastik sejumlah hari kepergianku. Kegiatan yang jamak kulakukan bertahun-tahun saat kami sekeluarga berlibur tahunan. Namun pada masa liburan kali itu, suatu kali martin mngirimkan pesan singkat yang kurang lebih demikian, "Ted, si Pocky kayaknya gak nafsu makan. Soalnya makanan yang kemarin  dan kemarinnya lagi gue kasih belum dimakan." aku pun yang sedang  berlibur menjadi tidak nyaman membaca pesan tersebut. aku takut kalau-kalau Pocky sakit. Aku kemudian membalas pesan Martin demikian, "Tin, kira-kira si Pocky lemes gak? Apa tetep seger? Bisa minta tolong, lo beliin nasi goreng, jangan pake sambel, garem, mecin, dan kecap." Martin membalas lagi, "Kalo gue liat si seger, cuma mungkin bosen aja. Oke, nanti sorean nasi gorengnya nanti gue beliin sesuai yang lo bilang." Beberapa jam kemudian, Martin mengirimkan pesan lagi, "Ted, gue udah kasih nasgornya, langsung dimakan sama Pocky." Menerima pesan tersebut, aku senang bukan kepalang. Bahkan rasanya setara dengan liburan yang sedang kujalani. Aku membalas, "Hehehe. Oke tin, tengs a lot ya.. Lusa gue balik, nanti gue mampir ke rumah lo."

Jadilah nasi goreng tanpa sambal, garam, penguat rasa, dan kecap, adalah makanan lain favorit Pocky. Namun untuk nasi goreng aku tidak reguler seperti pepaya, hanya sekali-sekali saja. Pernah suatu kali kubelikan Pocky nasi goreng semacam ini, abang nasi goreng tek-teknya bertanya, "Kok gak pake sambel, garem, mecin, dan kecap? Buat orang sakit ya Mas?", aku hanya tersenyum. 

⦽⦽⦽

Melewatkan Kebaktian Malam Tahun Baru
Malam itu adalah malam tahun baru, seingatku malam menjelang tahun 2010. Aku yang menjadi panitia Natal dan Tahun Baru di gereja, datang lebih awal selayaknya panitia lainnya. Sebelum acara dimulai, seorang teman menyapaku kemudian berkata, "Ted, gue tadi lewat depan rumah lo, kayaknya si Pocky kabur deh, terus bokap lo mau nangkep tapi susah." Mendengar informasi tersebut, aku tidak langsung pulang. Aku tetap fokus menyelesaikan seluruh tanggung jawabku. Namun setelah selesai mempersiapkan berbagai hal, aku memutuskan untuk meninggalkan gedung gereja dan pulang. Benar saja, Pocky kabur dan belum pulang juga. Aku sempat sedikit marah pada Papi mengapa Pocky bisa kabur, padahal selama bertahun-tahun aku mengasuhnya belum pernah aku melihat niatannya untuk kabur dari rumah. Aku bertanya-tanya, apakah ia ada janji bertemu dengan anjing perempuan di malam tahun baru ini, ataukah ada acara barbeque di rumah temannya. Kalau saja ia minta izin kepadaku, pastilah aku akan memberikan izin kepadanya. Toh, ini malah tahun baru.

Setelah menunggu setengah jam lebih dan tidak ada tanda-tanda Pocky pulang, akhirnya aku keliling komplek rumah dengan sepeda motorku. Aku mencarinya di kegelapan malam, tanpa tahu jejaknya. Sesekali aku bertanya kepada orang di jalan. Namun tidak ada petunjuk. Aku terus mencari sambil memanggil-manggil namanya, semua gang aku telusuri. Setelah hampir satu jam memutari area komplek yang cukup luas, aku menemukannya sedang santai mengendus rerumputan di pinggir sebuah jalan sepi. Aku memanggilnya, "Pocky!" dan ia menoleh, aku tersenyum. Aku turun dari motorku, mengalungkan tali ke lehernya dan mengajaknya pulang. Kami pulang bersama. Sesampainya di rumah, aku masih berniat ikut kebaktian malam tahun baru, tetapi sayangnya kebaktian telah usai. Tak kusesali keputusanku melewatkan kebaktian malam tahun baru itu, karena telah menemukan kembali Pocky.

⦽⦽⦽

Sahabat Setia
Belum lama ini papi membeli daging babi hutan melalui daring sebagai apresiasi kepada Pocky yang selama ini selalu makan makanan kering. Si penjual mengantarnya sendiri, kemudian saling bercerita tentang anjing kami masing-masing. Ia sangat terkejut ketika aku bilang bahwa anjingku memasuki usia 14 tahun di 2018 ini. Ia berkomentar, "Wah, hebat...panjang umur sekali anjing kamu.."

Aku bersyukur kepada Tuhan, dalam 14 tahun ini kita bisa bersahabat baik. Berbagai kegembiraan dan masalahku acapkali kuutarakan kepadamu dengan keyakinan bahwa engkau adalah sahabat yang juga merupakan salah satu penjaga rahasia terbaik di bumi ini yang pernah kukenal. Aku yakin semua ceritaku akan kau simpan rapat dan tidak akan kau ceritakan kepada siapapun. Meskipun aku juga tak tahu apabila engkau sesekali menceritakannya kepada anjing-anjing tetangga sekitar rumah saat aku di kantor. Pantas saja, akhir-akhir ini aku merasa tatapan anjing-anjing tetangga kepadaku agak berbeda dari biasanya. Tapi, kepercayaanku kepadamu tetaplah tak berkurang. Semoga anjing-anjing tetangga tersebut, tak menyebarkan ceritanya lagi kepada tuan-tuan mereka. Biarlah cerita-ceritaku berhenti di kalangan anjing-anjing tetangga saja, aku ikhlas untuk ini.

Surat ini akan kubacakan kepadamu di tepat di usia ke-14 pada hari ulang tahunmu nanti - 21 September, sehingga engkau dapat mendengarnya dengan seksama dan mengerti akan kasihku kepadamu. Karena kutahu, engkau belum juga fasih membaca meskipun usiamu sudah 14 tahun. Tenang saja, aku memakluminya.
Terima kasih Pocky, atas semua hal yang kita lalui bersama, semoga di tahun anjing ini kamu menjadi anjing yang lebih baik lagi. Aku tahu, aku bukanlah sahabat yang selalu ada untukmu. Aku bukanlah pengasuh terbaik untukmu. Tapi aku berjanji, aku akan selalu merawatmu dan persahabatan kita akan selalu kujaga sampai salah satu dari kita mati. Sekian.





No comments:

Post a Comment