Sunday, October 30, 2016

Persiapan untuk Liburan ke Benua Biru

Pengalaman berlibur ke Eropa sebagai solo traveller (backpacker) selama +- 2 minggu (1 Oktober - 17 Oktober 2016) memberikan saya inspirasi untuk berbagi kepada pembaca tulisan ini. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum berlibur ke Eropa:

  1. Setelah mengurus/ membeli/ menyelesaikan urusan administratif seperti visa schengen dan tiket pulang pergi, tentukanlah objek-objek wisata yang hendak dikunjungi di tiap negara. Lakukan brainstorming terlebih dahulu, baru kemudian memperhitungkan jarak tempuh setiap objek wisata ke objek wisata lainnya, ke hotel tempat menginap, ke bandara ataupun stasiun kereta.
  2. Buat simulasi melalui rencana yang mendetail. Misalnya, bangun tidur jam berapa, tiba di stasiun jam berapa, sampai objek wisata jam brp, dst. Tujuannya tidak lain adalah untuk memastikan semua objek yang sudah masuk list dapat dikunjungi sesuai dengan rencana.
  3. Pesanlah ho(s)tel yang lokasinya mendukung rencana kunjungan objek wisata.
  4. Pesanlah tiket kereta/pesawat secara online sesuai dengan jadwal yang telah disesuaikan dengan rencana. Khusus poin ini, tiket yang saya maksud adalah untuk perpindahan yang cukup jauh (antar kota/negara).
  5. Tukarkan mata uang negara-negara yang akan dikunjungi.
  6. Bawalah pakaian secukupnya yang sesuai dengan musim pada saat liburan. Apabila ada rencana untuk berbelanja, sediakan tas/koper yang cukup untuk membawa barang belanjaan.
  7. Persiapkan pakaian dan alas kaki (disarankan sepatu) yang nyaman untuk berjalan dalam medan apapun.
  8. Bawalah tas kecil yang dipakai menempel ke badan (dipakai di dalam baju) untuk menyimpan uang dan paspor pada saat berkeliling objek wisata. Solusi lain adalah menggunakan celana pendek berkantong sebagai pengganti tas tersebut, yang didobel dengan celana panjang. Pisahkan uang kecil, yang akan digunakan untuk makan dan belanja, dengan seluruh uang yang dibawa.
  9. Bawalah payung kecil, topi, handuk, sabun, shampo, sikat gigi, dan odol.
  10. Bawalah tempat minum dan tempat makan. Saran saya bawa juga sedikit makanan untuk mempersiapkan keadaan darurat. Makanan yang dimaksud seperti abon, cokelat, permen, ataupun biskuit.
  11. Bawalah juga obat-obatan standar seperti obat sakit kepala, pilek, maag.
  12. Bawalah kamera ataupun handphone + powerbank + tongsis untuk mengabadikan momen liburan.
  13. Unduhlah GPS yang bisa bekerja secara offline (tanpa data network).
  14. Laporkan kepada provider kartu kredit untuk membuka akses ke negara yang anda kunjungi. Hal ini hanya untuk berjaga-jaga saja.


Terkait poin 1 s/d 4 di atas merupakan pilihan masing-masing traveller, karena setiap traveller memiliki tipikal masing-masing. Kontra dengan saya, ada traveller yang suka dengan fleksibilitas tinggi. Adapun saya sendiri tidak terlalu kaku dengan jadwal yang super ketat tetapi saya tetap membuat patokan waktu (ditambah kelonggaran) sehingga semua objek dapat dikunjungi sesuai rencana yang dibuat.

Selamat berlibur!

Tips Solo Traveller Berlibur di Negeri Orang

Pengalaman berlibur ke Eropa sebagai solo traveller (backpacker) selama +- 2 minggu (1 Oktober - 17 Oktober 2016), serta beberapa kejadian yang saya alami sendiri seperti di intimidasi oleh orang tidak dikenal di bandara - saya tuliskan di artikel berjudul Ataturk (Istanbul), Ramahkah?, kemudian diinterogasi oleh imigrasi negara lain Locked Up Abroad di Imigrasi Belanda, dan beberapa kejadian minor lain baik yang saya alami tetapi tidak saya tuliskan ataupun kejadian yang tidak saya alami tetapi saya saksikan, memberikan saya inspirasi untuk berbagi kepada pembaca tulisan ini. 

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat berlibur di Eropa versi saya:

  1. Gunakanlah pakaian dan aksesoris yang wajar, tidak mencolok dan berlebihan.
  2. Pisahkan tempat penyimpanan uang makan + transportasi (uang kecil) dan keseluruhan uang yang dibawa ("uang banyak") pada saat mengunjungi objek wisata. Sebaiknya uang banyak disimpan di tas kecil yang dipakai menempel ke badan (dipakai di dalam baju) untuk menyimpan uang banyak dan paspor. Solusi lain adalah menggunakan celana pendek berkantong sebagai pengganti tas tersebut, yang didobel dengan celana panjang. Ingat, paspor adalah benda terpenting selama berada di luar negeri, tentunya uang banyak dan kartu kredit di tempat berikutnya.
  3. Bingunglah di saat dan di tempat yang tepat, serta kepada orang yang tepat. Ketika mengunjungi sebuah tempat yang sebelumnya sama sekali belum pernah kita kunjungi, sangatlah wajar apabila kita akan bingung. Namun tetaplah tenang, berlagaklah seperti orang yang tidak bingung di tempat umum. Misalnya dengan mengikuti orang banyak berjalan, ataupun tetaplah berjalan santai sambil menemukan pusat informasi, bertanya kepada petugas resmi/ polisi, ataupun bisa memasuki toko, dll. Sangat tidak disarankan apabila kita "ber-pelangak-pelongok" karena akan mengundang pencari kesempatan dalam kesempitan untuk "menolong" kita. Kesimpulannya berlagaklah kita sudah menguasai tempat tersebut, jangan keliatan seperti turis baru dan bingung.
  4. Bersikaplah percaya diri dimana pun. Sikap percaya diri akan memperlihatkan gerak gerik dan pandangan yang mantap dengan harapan orang lebih sungkan.
  5. Hindari kumpulan/ gerombolan yang terlihat mencurigakan. *Sebagai contoh setelah menaiki sebuah metro bawah tanah di Paris dan akan mencari pintu keluar (keadaan sedang tidak ramai), saya sempat akan melewati sebuah lorong yang berisi tiga orang yang sedang duduk merokok di tangga dan salah satu orang tersebut memegang botol minuman. Akhirnya saya seuzon dan mencari jalan keluar lain untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
  6. Abaikan orang yang mengajak mengobrol atau meminta tolong (terkait pengalaman saya di Turki). Kalimat ini sebenarnya dapat disesuaikan dengan keadaan. Alasan saya memasukan poin ini adalah apabila kita hanya seorang diri di negeri orang, tidak mengenal siapa pun, juga tidak mengenal daerah tersebut hendaknya kita meningkatkan kewaspadaan dan keegoan untuk melindungi diri.
  7. Abaikan penjual-penjual dagangan keliling di objek-objek wisata. *Sebagai contoh adalah pedagang-pedagang yang merupakan imigran Afrika ataupun Timur Tengah di sekitar Eiffel Paris ataupun Duomo Milan. Saya menyaksikan bagaimana mereka berjualan dengan tidak simpatik. Bahkan teman saya ada juga yang dijambret di Paris (khusus kejadian ini terjadi bukan dalam rentang waktu liburan saya dan tidak saya saksikan).
  8. Waspadalah terhadap copet dimana pun.
  9. Terkait pertanyaan oleh imigrasi terhadap kita, tenanglah dan berkonsentrasilah dalam menjawab setiap pertanyaan petugas.
  10. Terakhir, berdoalah selalu!


*Catatan:
Kembali saya sampaikan, seluruh tips di atas adalah versi saya atas apa yang saya alami, dan liburan seorang diri (pertama kali menginjakkan kaki di benua biru, tidak mengenal siapapun, tidak menguasai daerah manapun). Contoh yang saya berikan tidak bermaksud sedikitpun menyinggung SARA, tetapi merupakan kejadian nyata yang saya saksikan.

Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebaikan! Selamat berlibur...

Riomaggiore (baca: Rio Ma Jore)

Riomaggiore terletak di wilayah selatan Italia yang mana wilayahnya berbatasan langsung dengan laut. Akses terhadap wilayah ini dapat dicapai melalui stasiun La Spezia Centrale, kemudian kita cukup membeli tiket satuan ke stasiun Riomaggiore yang berjarak satu stasiun dari La Spezia Centrale.

Riomaggiore (1)
Riomaggiore (2)



Beberapa hal yang unik dari Riomaggiore adalah wilayah ini terdiri dari daerah ketinggian (perbukitan) dan langsung berbatasan dengan perairan (laut) tanpa adanya bibir pantai. Namun titik temu antara daratan dan lautan pun tidak terjal. Selain itu, bentuk rumah dan warna cat rumah di Riomaggiore dan sekitarnya sangatlah unik dan menjadi daya tarik tersendiri. Didukung dengan udara yang dingin, sehingga dapat saya simpulkan wisata laut dengan udara dingin. 


Riomaggiore (3)

Sedikit menggambarkan perbukitan di sana, sesampainya saya di stasiun Riomaggiore, saya mengaktifkan GPS offline untuk mencari penginapan yang sudah saya pesan sebelumnya. GPS menunjukkan jarak 2.5 km dari stasiun ke penginapan. Saya tempuh jarak tersebut dengan berjalan kaki, karena memang tidak ada angkutan umum apapun. Jalan sepanjang 2.5 km saya jalani dengan pendakian yang cukup menantang, karena ada koper yang saya tarik. Alhasil, keringat pertama saya keluar sejak berada di benua biru, padahal suhu saat itu tidak lebih dari 15 derajat celcius.

Riomaggiore (4)
Riomaggiore (5)










Riomaggiore (6)
Riomaggiore (7)











Riomaggiore juga menyediakan wisata naik mini kapal pesiar ke garis daratan lainnya yang sederet, menyelam, ataupun turis dapat langsung berenang dengan bebas di air laut yang jernih tersebut. Saya sendiri mencoba naik mini kapal pesiar ke Manorala, sebuah wilayah sederet Riomaggiore yang ditempuh kapal selama 15 menit. Tiket pulang pergi naik kapal tersebut hanya 7 Euro. Di Manarola sendiri suasananya tidak berbeda jauh dengan Riomaggiore.

Bersiap Naik Kapal Menuju Manarola
Kapal Menuju Manarola










Para Pelukis di Manarola

Terkait makanan, sama seperti wilayah Italia lainnya hampir di setiap tempat makan menjual pizza dan pasta berikut turunannya. Namun khusus Riomaggiore, hampir seluruh tempat makan juga menjual makanan hasil laut (sea food).
Hal utama yang tidak boleh dilewatkan apabila berlibur ke Riomaggiore adalah menikmati matahari senja!

Senja di Riomaggiore

Wednesday, October 12, 2016

Semalam di Milan

Ostello Bello Grande (OBG), Milan Centrale
Di Milan saya menginap di Hotel bernama Ostello Bello Grande (OBG) yang berlokasi dekat dengan Milan Central (Centrale). Selain memiliki lokasi yang strategis, OBG - yang mendapatkan penilaian sebesar 9.5 (skala 10) dari hostelworld.com merupakan hotel yang nyaman dan bersih. Sarapan gratis, makan malam gratis, Wifi gratis, bahkan tamu juga bisa meminjam modem nirkabel apabila ingin berjalan-jalan di Milan. OBG juga menyediakan bar yang buka selama 24 jam dimana para tamu bisa minum air, teh, kopi, jus, bahkan saat saya datang bir dan anggur juga digratiskan malam itu. Saya tidak tahu apakah hal tersebut dilakukan setiap malam. Selain terkait makanan, OBG juga memberikan fasilitas printout gratis.

Saya tiba di OBG Milan pada Senin, 10 Oktober 2016 pada pukul 11.50 siang waktu Milan, setelah membayar kamar untuk 1 malam dan menerima bukti bayar, resepsionis (mungkin juga sekaligus pemilik) bernama Ema (anggap penulisan namanya benar. Ema adalah seorang laki-laki yang kira-kira berumur 35 tahun) mempersilakan saya menikmati hidangan "sisa sarapan" yang masih tersedia sambil menunggu waktu check in yaitu pukul 14.00. Saya sangat kaget dan senang karena saya belum sarapan sejak dari pagi (dari Swiss). Secara cepat saya melahap menu roti tawar, biskuit, dan berbagai macam selai yang tersedia. 

Setelah makan selama kurang lebih setengah jam, saya memutuskan untuk berjalan-jalan keliling kota Milan terutama dua tempat yang sudah saya rencanakan sejak awal yaitu Giuseppe Meazza dan Duomo. Sesampainya di Milan Central saya membeli 24 hour pass seharga 4.5 Euro. Tiket tersebut bisa digunakan untuk menaiki metro ke seluruh wilayah di Milan. Metro di Milan sendiri memiliki empat jalur yaitu, hijau, ungu, kuning, dan merah.

Giuseppe Meazza
Sebagai seorang fans fanatik Internazionale Milano (Inter), tidak lengkap rasanya apabila belum mengunjungi markas klub tersebut. Jadi tempat pertama yang saya kunjungi adalah Giuseppe Meazza (GM). Setelah menaiki metro jalur ungu, saya sampai tepat di GM. Di sana saya langsung mencari gerbang masuk, dan setelah menemukannya saya membayar tiket masuk seharga 12 Euro. Di dalam Meazza saya masuk ke ruang ganti pemain (baik Milan maupun Inter), kemudian ke tempat para pemain baru biasa diperkenalkan, dan ke stadion tempat pemain bertanding. Sungguh mengagumkan! Tidak disangka tidak diduga, saat sedang melihat-lihat stadion, saya bertemu petugas GM yang merupakan WNI, sebut saja M. Sangat senang rasanya bertemu sesama WNI di negeri orang nan jauh dari Indonesia. M yang tinggal dan menikah dengan laki-laki Italia merupakan satu-satunya petugas WNI di GM. M menjelaskan dengan rinci tentang rumput stadion, perawatan stadion, ruang-ruang di GM, dan semuanya terkait GM dengan sangat komprehensif. Baru saya ketahui, bahwa rumput di GM merupakan perpaduan 80% rumput asli dan 20% rumput sintetis, dan setaip tahunnya yaitu pada bulan Mei, seluruh rumput stadion akan diganti baru. Selain untuk pertandingan stadion juga biasa disewakan untuk konser musik, peluncuran buku, temu fans, bahkan rapat di ruangan di dalam stadion. Namun khusus konser musik dijadwalkan pada jeda kompetisi yaitu pada bulan Mei-Juni (sebelum rumput diganti baru).


Giuseppe Meazza (1)
Loket Pintu Masuk Giuseppe Meazza











Giuseppe Meazza (2)

Ruang Ganti Milan
Ruang Ganti Inter, tidak semewah milik Milan
Tidak seperti Stadion Gelora Bung Karno (GBK) yang menyediakan arena lari, GM hanya diperuntukan hanya untuk sepakbola. Namun ada yang unik di GM yaitu adanya ruangan-ruangan khusus yang dapat disewa oleh siapa pun baik sewa per laga atau sewa tahunan. Ruangan tersebut seperti kios tertutup yang mana masing-masing ruangan menghadap ke lapangan. Masing-masing ruangan dilengkapi dengan AC ataupun pemanas ruangan, TV, ranjang, dan toilet. Yang unik adalah adanya sebuah ruangan bernama Mauro Icardi - Kapten Inter Milan. Saya saya konfirmasikan kepada M, sang kapten memang menyewa salah satu ruangan selama satu tahun penuh untuk memfasilitasi anggota keluarganya saat menonton pertandingan Inter di kandang.


Giuseppe Meazza (3)
Giuseppe Meazza (4)
Bersama M di Giuseppe Meazza

Duomo
Setelah hampir 3 jam saya menikmati GM, saya melanjutkan perjalanan menggunakan metro ke pusat kota Milan yaitu Duomo. Di sana terdapat semacam gedung (mungkin gereja) dan patung laki-laki berkuda. Duomo dikenal sebagai ikon belanja Kota Milan. Banyak merek pakaian baik yang sudah ada ataupun belum di Indonesia. Selain itu, arsitektur bangunan yang megah menambah keindahan suasana sore hari. Namun ada beberapa hal yang saya saksikan sendiri dan memang sudah saya antisipasi karena mendapatkan informasi baik sebelum keberangkatan maupun dari M - petugas GM, yaitu banyaknya imigran yang menjual bunga, gelang, dan pernak pernik lainnya dengan "sedikit memaksa". Saya menghindarinya pada saat berjalan di trotoar karena saya menyaksikan cara penjual tersebut berjualan dengan cara yang menurut saya tidak simpatik. Penjual gelang menaruh gelang jualannya pada bahu seorang turis, tetapi apa yang dilakukan turis tersebut cukup efektif. Turis terus berjalan sambil sesekali mengatakan "No" sambil menggelengkan kepala kepada penjual, tetapi penjual tetap tidak mau mengambil gelang tersebut dari bahu turis laki-laki itu, dan kejadian tersebut berulang sampai 3x dan baru penjual mengambil gelangnya.


Duomo
Duomo (2)
Duomo (3)



Monumentale (Pemakaman)
Stasiun yang Ramah untuk Difabel

Teman Sekamar
Setelah dari Duomo saya kembali ke OBG, karena hari sudah agak gelap dan saya keletihan karena sudah berjalan cukup jauh. Sesampainya di OBG, saya datang ke resepsionis untuk check in, dan ketika Ema memberikan kunci kamar, dia juga memberikan informasi bahwa dia mengundang seluruh tamu termasuk saya untuk makan malam gratis. Wow! Saya memutuskan untuk membersihkan tubuh sebelum menyantap makan malam dari OBG.

Selesai makan malam, sekembalinya ke kamar, akhirnya saya bertemu dengan beberapa teman turis sekamar yaitu dari USA, Perancis, China, dan Jerman. Kami berbincang hangat tentang OBG yang sangat royal, dan juga cerita perjalanan kami masing-masing saat liburan. Namun ada hal yang membuat saya sedikit malu, karena beberapa orang diantara mereka ataupun kerabat dekat turis pernah mengunjungi Jakarta, dan mereka menyatakan ketidaknyamanannya tinggal ataupun berlibur di Jakarta. Saya yang saat itu agak bingung menanggapi hal teesebut dan hanya mengakui saja tentang ketidaknyamanan tersebut sambil meminta maaf dengan pembelaan bahwa Jakarta sedang berbenah terkait transportasi masal.

Keindahan Interlaken

Setelah menempuh perjalanan panjang dari Paris (07.44), akhirnya saya tiba di Interlaken, Swiss (15.30). Rasa capek seakan pergi meninggalkan tubuh ini saat menyaksikan keindahan alam Swiss, khususnya Interlaken. Hamparan gunung, rumput hijau, air mengalir, kawanan ternak, danau, suasana dan rumah tradisional, menjadi santapan legit kedua bola mata saya.


Interlaken (1)
Interlaken (2)


Berdasarkan informasi dari Google, Interlaken merupakan salah satu wisata terbaik di dunia khususnya untuk para penggemar olahraga outdoor seperti naik gunung, paraseling, ski, dll. Udara yang dingin, penduduk kota yang ramah, fasilitas bus gratis untuk turis, keindahan alam yang mengaggumkan membuat harga-harga yang agak mahal di Interlaken sedikit banyak terbayar.


Interlaken (3)
Kereta Menuju Harder Kulm












Keesokan harinya saya bangun pagi dan beranjak ke Harder Kulm atau Puncak Interlaken. Dalam menggapai puncak turis harus menaiki kereta rel yang berjalan dalam kemiringan sudut sekitar 60 derajat. Adapun harga untuk menaiki kereta tersebut adalah sebesar 30 Euro, dan karena saya memiliki kartu diskon dari hotel saya menginap, saya cukup membayar 20 Euro saja untuk bolak-balik dari bawah-ke atas-ke bawah lagi. Namun sayang sekali, hari itu kondisi cuaca kurang mendukung karena sedang berkabut. Saat saya mencapai puncak, jalan di puncak di selimuti kabut sehingga tidak dapat memandang ke bawah.


Penuh Kabut di Harder Kulm
Interlaken (4)


Interlaken (5)
Interlaken (6)



















Setelah dari Harder Kulm, saya melanjutkan perjalanan ke Stasiun Interlaken Ost, untuk menuju Grindewald. Sesampainya di Grindewald, saya kembali menikmati pemandangan alam, bentuk-bentuk rumah ataupun hotel, dan beberapa taman di sana.

Grindewald (1)
Grindewald (2)












Indonesia
Sebetulnya Indonesia keindahan alam di Indonesia tidak kalah dengan di Swiss, misalnya (yang saya tahu) di Padang ataupun Papua, tetapi sayangnya belum banyaknya promosi, infrastruktur, dan teknologi yang diinvestasikan pemerintah membuat daerah wisata yang bagus belum mendunia.

Keramahan Swiss

Berbeda dengan warga Perancis yang umumnya begitu egoistis dan tidak ramah terhadap turis. Dinginnya cuaca di Swiss tidak lantas sejalan dengan sikap warga Swiss. Setelah berinteraksi dengan petugas di stasiun Basel, petugas tiket kereta, saya menyimpulkan bahwa warga Swiss sangatlah ramah dan mudah memberikan senyum. Puncaknya yaitu ketika saya menanyakan kepada sepasang kakek nenek, apakah saya telah menaiki kereta yang tepat menuju stasiun Interlaken West, kakek tersebut menjelaskan bahwa saya telah menaiki kereta yang benar dan juga menjelaskan bahwa saya harus turun setelah 6 stasiun. Tidak hanya itu, kakek juga menambahkan apabila saya terlewat karena ketiduran di kereta ke stasiun berikutnya yaitu Interlaken East, saya tidak perlu khawatir dan bukan berarti tragedi karena saya bisa kembali lagi ke stasiun Interlaken West dengan cepat karena jarak antara stasiun tersebut hanya sekitar 2 km. Setelah penjelasan komprehensif tersebut saya tersenyum dan mengucapkan terima kasih.

Kemudian saya mencari tempat duduk tepat di seberang kanan pasangan kakek nenek tersebut. Kereta yang saya naiki memiliki 4 tempat duduk yang saling berhadapan sehingga membentuk kubikal dengan meja kecil di tengahnya. Jadi saya duduk di sebelah kubikal kakek nenek tersebut (berbeda kubikal namun bersebelahan). Setelah percakapan tersebut, saya pergi menuju toilet kereta dengan membawa seluruh tas saya. Ketika kembali dari toilet, kubikal yang saya tempati sudah diisi oleh sepasang muda mudi. Saya tidak ambil pusing karena masih banyak kursi lain yang masih kosong. Jadi saya hanya melewati tempat saya duduk di awal dan juga artinya melewati tempat duduk kakek nenek tersebut, untuk menempati tempat duduk di depan kubikal kakek nenek tersebut. Setelah melihat saya, sang nenek agak kaget dan ingin berusaha memberitahukan kepada sepasang muda mudi tersebut bahwa tadinya tempat tersebut adalah tempat saya. Kemudian saya mengatakan kepada sang nenek bahwa saya baik-baik saja dengan tempat duduk yang baru. Akhirnya sang nenek hanya tersenyum. Saya pun membalas senyuman kakek nenek tersebut. 

Di stasiun ke-3 kakek dan nenek tersebut bergegas turun. Dan sebelum turun mereka pamit ke saya dan mengatakan bawah mereka akan turun, dan mengingatkan kembali bahwa saya harus turun 3 stasiun lagi jaraknya. Selain itu, kakek tersebut juga menyarankan agar saya berpindah ke tempat duduk yang dia tempati barusan karena dari tempat duduk tersebut saya dapat menikmati pemandangan termasuk danau. Ya Tuhan, terima kasih atas keramahan ini, tidak terkira nilainya.

"Terima kasih kek, terima kasih nek. Saya mendoakan kakek dan nenek selalu diberikan kesehatan dan umur panjang. Sampai jumpa.", doaku di dalam hati.

Romantisme Paris

Kota Paris merupakan ibukota Perancis, wajar apabila Paris merupakan kota yang sangat sibuk baik lalu lalang kendaraan maupun manusia yang beraktivitas di kota tersebut. Namun harus diakui bahwa Paris memiliki banyak taman kota dan tidak sedikit yang memiliki luas lahan sebesar lahan monas. Memang tidak mudah berwisata di Paris seorang diri, meskipun ada peta khusus turis dan trotoar yang mendukung di seluruh tempat, mengingat paris yang cukup luas dibandingkan Amsterdam dan Brussels, desain kota yang tidak terlalu teratur, serta tidak banyaknya perunjuk arah di jalan - jalan, sehingga untuk menggapai seluruh objek wisata di Paris sangat rawan tersasar san tidak cukup digapai hanya dengan berjalan kaki tetapi juga harus menggunakan moda transportasi di sana seperti Metro ataupun RER. Metro memiliki jalur di dalam Paris. Sedangkan RER menjangkau wilayah penyangga Paris.

Paris (1)
Paris (2)

Saya sendiri mengelilingi Paris dengan dibantu dengan seorang teman, yaitu N (seorang WNI yang sudah tinggal di Paris hampir 2 tahun). N banyak bercerita tentang keterbukaan pikiran Pemerintah Perancis sedari dulu mengenai persamaan hak setiap manusia. Hal ini berkaitan dengan banyaknya imigran yang boleh datang ke Perancis setiap tahunnya. Namun tetap pada kuota tertentu. Para imigran tidak hanya boleh menetap dan ke depan menjadi warga negara, lebih dari itu pemerintah juga membina, mengayomi, mempersiapkan parah imigran ini dengan bekal-bekal pengetahuan dan keterampilan sehingga bisa berguna serta mendapatkan pekerjaan yang layak. Hal ini terus dipantau oleh pemerintah sampai dengan imigran tersebut mandiri dan dapat menghidupi dirinya sendiri serta keluarganya. Tidak luput juga pemberian fasilitas kesehatan yang layak untuk para imigran.
Paris (3)
Paris (4)

Paris (5)
Paris (6)

Seperti halnya orang Belanda yang mengklaim bahwa keju mereka adalah yang terbaik, orang Perancis juga mengklaim bahwa keju terbaik berasal dari Perancis. Entah mana yang benar 😄

Banyak orang mengatakan bahwa Paris adalah kota yang romantis. Saya mencoba mencari tahu mengenai hal ini dari N dan memperoleh informasi mengapa Paris mendapatkan predikat tersebut. Entah sejak kapan, warga Perancis khususnya Paris sudah menganggap hal lumrah dengan hal-hal yang berbau seksualitas dan sensualitas. Hal ini ditandai dengan adanya beberapa rumah pertunjukan kabaret yang mengeksplorasi sensualitas kaum hawa. Hal kedua adalah banyak warga Paris baik dari dalam maupun luar negeri tidak canggung memamerkan kemesraannya di manapun termasuk di pinggir jalan. Terakhir, pada malam hari Paris memiliki banyak lampu-lampu cantik yang seolah mendandani kota ini sehingga semakin menambah aroma romantis tersebut.

Thursday, October 6, 2016

Serba - serbi Mengurus Visa Schengen

Saat ini banyak pengajuan visa schengen yang pengajuannya diserahkan melalui pihak ketiga (bukan kedutaan langsung), seperti Belanda, Spanyol, Italia, Perancia, Kroasia, Denmark, Swiss, dll. Pihak ketiga yang saya maksudkan adalah Vfs Global, yaitu perusahaan independen yang dipilih oleh kedutaan-kedutaan tersebut sebagai "checker" kelengkapan dokumentasi. Vfs Global hanya bertugas mengecek kelengkapan dokumen, mengumpulkan dokumen para pengaju ke kedutaaan, dan menginformasikan apabila visa disetujui ataupun ditolak. Sedangkan kewenangan pemberian atau penolakan visa sepenuhnya ada di kedutaan masing-masing. Adapun belum seluruh negara (25 negara visa schengen) mempercayakan fungsi "checker" kepada Vfs Global, pada saat tulisan ini ditulis, yang saya ketahui pengajuan visa schengen Polandia masih langsung melalui kedutaan di Jakarta.Beberapa informasi penting yang dalam mengurus visa schengen:


  1. Ajukanlah visa schengen 3 bulan sebelum tanggal keberangkatan.
  2. Pilihlah salah satu negara Eropa terlama yang disinggahi untuk pengajuan visa schengen.
  3. Apabila tidak ada negara terlama untuk disinggahi (semua negara sama jangka waktunya), pilih negara pertama yang disinggahi.

Selama pengajuan visa schengen diajukan 3 bulan sebelum keberangkatan, mengikuti 3 poin di atas sudahlah lebih dari cukup. Namun apabila pengajuan visa sudah agak mepet, misalnya 2 minggu sebelum keberangkatan (seperti saya), maka berikut adalah tambahan informasi yang perlu dipertimbangkan. Beberapa poin penting yang hendak saya bagikan berdasarkan pengalaman pribadi saya mengurus visa schengen sendiri melalui Vfs Global (tanpa lewat tour & travel):


  1. Pilih negara yang pengajuan visanya langsung melalui kedutaan, sehingga kelengkapan dan keputusan dapat langsung dari pemutus (kedutaan) kepada pemohon, tidak melalui orang/ lembaga lain.
  2. Carilah informasi negara mana yang tidak sedang dalam musim liburan (high season), sehingga keputusan terhadap pengajuan visa bisa diperoleh lebih cepat.
  3. Terkait dengan 2 poin di atas, sangat dimungkinkan negara yang akan/ seharusnya dikunjungi tidak masuk/ sesuai/ pas dengan saran saya di atas. Solusinya adalah, buatlah itinerary bayangan dan tiket pesawat bayangan. Toh visa schengen bisa digunakan di 25 negara Eropa.

Adapun biaya pembuatan visa schengen di Vfs Global untuk semua negara hampir sama, yaitu tidak lebih dari IDR 1.3jt (sudah termasuk jasa Vfs Global).Pengalaman saya dalam mengajukan Visa Schengen Italia saya tuliskan dalam artikel lainnya berjudul Visa Schengen via Italia - Fergie Time!.

Brussels

Tidak ada yang terlalu spesial di Brussels. Sebuah kota yang tenang dengan wafelnya yang enak tetapi juga tidak spesial. Suhu udara di Brussels mirip dengan di Amsterdam, tetapi polusi udara begitu terasa menyengat di hidung ketika berjalan kaki di tengah kota. Banyak sekali mobil di jalan-jalan sampai menimbulkan kemacetan (meskipun tidak separah Jakarta). Sedangkan sepeda lebih sedikit dibandingkan mobil. Ada kereta dan ada metro (entah apa bedanya diantara keduanya). Belakangan saya baru tahu perbedaanya dari teman sekamar yang merupakan warga negara Belgia. Kereta digunakan untuk transportasi antar kota, sedangkan metro untuk dalam kota. Selain itu ada juga bus panjang (penampakannya mirip dengan transjakarta koridor 1 bermerk Scania/Zangdong). 

Brussels (1)
Brussels (2)
Brussels (3)

Brussels (4)

Ada pemandangan unik yaitu lumayan banyaknya pengemis di pinggiran toko, bahkan ada pengemis yang sudah bersiap mengemis di depan pintu masuk/ keluar sebuah bank. Begitu juga di  stasiun metro, bahkan di dalam metro, ada pengemis berkeliaran!

Menurut peta gratis untuk turis, bahasa yang digunakan di Belgia adalah Bahasa Perancis dan Belanda, bahkan kedua bahasa tersebut sering digunakan bercampur-campur dalam sebuah percakapan. Haduh, kayaknya saya teringat sebagian kecil orang Indonesia ya yang suka campur-campur berbicara dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris 😂

Teman Sekamar

Satu malam di Belgia, teman sekamar saya adalah orang Belgia, kebetulan saya tidak menanyakan mengapa orang Belgia tinggal di hotel (bukan di rumah atau apartemen). Sebut saja namanya Sibel. Menurut perkiraan saya Sibel adalah laki-laki berumur sekitar 40 tahun. Sedangkan hobinya adalah travelling. Dalam setahun dia bepergian selama 4 bulan bahkan lebih. Sibel sudah pernah mengunjungi Armenia, Azerbaizan, Ukraina, Vietnam dan negara-negara lain yang tidak menjadi pilihan utama (favorit) dalam berwisata. Bahkan Sibel sedang bersiap untuk mengunjungi Panama, Kosta Rika, dan negara lain di sekitarnya di minggu depan. Ketika saya tanyakan mengapa Sibel memilih negara-negara tersebut dan apa tujuannya? Sibel menjawab singkat bahwa dia memilih negara-negara tersebut karena murah berwisata di sana, dan Sibel bisa menghabiskan waktu sampai dengan 1-2 bulan di satu negara untuk benar-benar mengenal kebudayaan tersebut. Seperti negara-negara yang saya telah sebutkan di atas, Sibel menjelaskan karakteristik secara umum masyarakat di masing-masing negara tersebut. Kemudian saya juga menanyakan kepadanya apakah Sibel  pernah mengunjungi Indonesia? Ternyata belum pernah. Saya langsung berpikir, inilah kesempatan saya untuk berpromosi untuk Indonesia 😁

Seperti yang pernah saya baca di beberapa artikel, biasanya turis asing khususnya Amerika dan Eropa lebih mengenal Bali dibandingkan Indonesia. Jadi, misi promosi saya buka dengan pertanyaan apakah Sibel pernah mengetahui tentang Bali, dan benar saja Sibel mengetahui Bali (meskipun belum pernah ke sana), tetapi tidak terlalu tahu Indonesia. Akhirnya mulailah saya cas cis cus tentang Indonesia tentunya dengan segala keterbatasan Bahasa Inggris saya. Setelah saya menjelaskan dengan cukup komprehensif (menurut saya), Sibel menanggapi dengan ringan, kurang lebih seperti ini, "wah sepertinya 3 bulan tidak akan cukup mengenal seluruh kebudayaan Indonesia." Sontak saya tertawa geli. Ya itulah Sibel, yang mengaku hobinya adalah pesta (party) dan minum alkohol.

Adapun ketika saya bermalam di Paris, rekan sekamar saya orang USA, sebut saya Sius. Berbeda dengan orang Eropa yang mana Bahasa Inggris bukanlah bahasa ibu, Sius yang tulen orang USA berbahasa Inggris cas cis cus, sehingga membuat saya selalu mengernyitkan dahi setiap berbicara dengannya. Lebih-lebih Sius sangat bawel dan terus mengajak saya berbicara. Padahal saya yang sudah lelah di kamar dan ingin santai, tetapi dipaksa berpikir keras mencerna pembicaraan Sius. Saya hampir frustasi dan ingin meminta pindah kamar rasanya. Dasar yengki! Hahahaha.

Huuf, sepertinya lain kali saat memesan hotel ada baiknya mengetahui rekan kamar dari negara mana 😆

Peace & say no to racism!

Tuesday, October 4, 2016

Bedankt Netherlands!

Christian Shelter di Red Light District
Red Light District (1)
Saya menginap di Christian Shelter, yang terletak di red light district di Kota Amsterdam. Sejujurnya sedari awal memesan hotel ini saya mengabaikan informasi terkait frasa "red light district" dan hanya berfokus pada frasa "christian shelter", tetapi saat baru tiba dari Amsterdam Centraal dan mencari hostel ini, saya baru sadar bahwa yang dimaksud dengan red light district, benar-benar red! Hahahaha, karena para perempuan menjajakan dirinya di tempat semacam ruko-ruko dengan pintu dan kaca transparan dengan pakaian yang sangat-sangat minim. Dan apabila kita menoleh ke arah ruko tersebut, maka perempuan tersebut akan menatap dengan tajam dan mencoba menggoda, dan berdasarkan informasi dari Sandeman Tour, tarif minimum kencan adalah sebesar 50 Euro, wow!


Red Light District (2)
Red Light District (3)

Christian Shelter (1)
Christian Shelter sendiri merupakan hostel non profit, yang dikelola satu orang karyawan bernama Taka, seorang ex Jepang yang sudah tinggal di Belanda selama 18 tahun dan menikah dengan perempuan Belanda, sehingga Taka sudah menjadi warga negara Belanda. Taka dibantu oleh banyak sukarelawan. Para sukarelawan merupakan mahasiswa ataupun mahasiswi yang sedang belajar di Amsterdam. Adapun asal negara mereka bermacam-macam, ada yang dari Belanda, Polandia, Jerman, USA, Slovenia, dll. Para sukarelawan bergantian secara paruh waktu mengerjakan seluruh pekerjaan hostel termasuk pekerjaan administratif, memasak, mengepel, sampai dengan membersihkan toilet.
Christian Shelter (2)


Christian Shelter (3)
Christian Shelter Volunteers
Saya menyempatkan mengobrol dan makan siang bersama dengan Taka dan beberapa sukarelawan. Kesan saya adalah mereka sangat hangat dan bersahabat. Sebetulnya malam itu saya diundang untuk mengikuti persekutuan mereka pada pukul 19.30 waktu Amsterdam, tetapi karena terlalu lelah, saya memutuskan untuk tidur.

Sandeman Tour
Apabila bepergian ke negara-negara Eropa bukan melalui tur, saya menyarankan untuk mendaftarkan diri mengikuti Sandeman Tour melalui internet. Sandeman Tour memiliki beberapa paket tur yang berbeda-beda di setiap negara yang disesuaikan dengan ciri khas masing-masing negara. Namun ada kesamaan Sandeman Tour di seluruh negara, yakni adanya tur gratis. Misalkan, kalau di Belanda, Amsterdam Tour (Free), Red Light District Tour (... Euro), Bicycle Tour (...Euro), dll. Saya sendiri mengikuti Amsterdam Tour yang tidak berbayar, tetapi pada akhir tur, seluruh peserta tur memberikan tips secara sukarela kepada tour guide.


with Sanderman Tour Leader

Desain Kota

Amsterdam (1)
Berdasarkan informasi dari Sandeman Tour, Kota Amsterdam memang didesain sejak dahulu kala sebagai kota pejalan kaki dan pesepeda, sehingga seluruh jalan mendukung terutama untuk dua jenis moda transportasi tersebut. Sedangkan transportasi masal seperti kereta, trem, dan bus digunakan hanya untuk mendukung transportasi yang tidak bisa dijangkau melalui berjalan kaki maupun bersepeda. Adapun motor dan mobil sangat terbatas jumlahnya. Udara yang bersih dan suhu yang sejuk (sekitar 15 derajat celcius pada musim gugur) tidak membuat keringat bercucuran saat mengendarai sepeda bahkan apabila menggunakan jas sekalipun.



Amsterdam (2)
Amsterdam (3)



Amsterdam (5)
Amsterdam (4)
Amsterdam (6)














Gaya Mengendarai

Pesepeda jumlahnya sangat banyak di Amsterdam, dan mereka mengendarai sepeda dengan kecepatan tinggi (untuk ukuran sepeda), sehingga pejalan kaki seperti saya harus terus berhati-hati kala menyeberang jalan. Pesepeda juga menggunakan bel sepeda ataupun siulan mulut untuk mengingatkan pejalan kaki agar tidak menghalangi jalan mereka.
Sama halnya dengan pesepeda, banyak dari pengendara motor dan mobil juga mengendarai dengan kecepatan yang tinggi. Tidak jarang terdengar bunyi gas yang begitu besar (digeber) dan juga rem pakem saat mobil atau motor menahan lajunya. Namun selama saya di Amsterdam, saya belum pernah menyaksikan adanya kecelakaan.

Sepeda di Amsterdam

Handphone
Pengamatan singkat saya selama di Eropa ialah dari kurang lebih sepuluh pengguna iphone yang saya lihat, delapan diantaranya menggunakan iphone 5, dan dua lainnya sudah menggunakan iphone 6. Dan menariknya, mayoritas jumlah pengguna iphone 5 adalah anak remaja dan anak muda! Sangat kontras dengan di Indonesia, khususnya Jakarta.


Zaanse Schans
Merupakan daerah pinggiran Amsterdam yang melestarikan kincir angin, yang mana saat ini hanya dimanfaatkan sebagai tempat wisata (kincir angin sudah tidak dipergunakan untuk tujuan awal). Daerah ini sangat asri dan indah karena menawarkan kesederhanaan layaknya sebuah desa tradisional Belanda.


Wind Mill (1)
Wind Mill (2)
Wind Mill (3)

Pada saat saya tiba di Zaanse Schans, cukup banyak turis mancanegara yang sedang mengunjungi daerah tersebut menggunakan tur. Mereka memasuki salah satu rumah toko dan juga difungsikan sebagai museum, saya mencoba mengikuti mereka, tetapi ternyata harga tiket masuk rumah tersebut agak mahal buat saya yaitu 4 Euro, yang mana belum terlalu jelas juga bagi saya apa yang dapat dilihat di dalam rumah tersebut. Rumah tersebut terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian halaman depan, ruang tengah (toko), ruang belakang (museum). Tiba-tiba terpikirlah suatu trik, saya membeli coklat panas seharga 2 Euro di toko tersebut. Setelah membayar coklat panas dan mengobrol akrab dengan sang nenek penjual, saya minta izin untuk duduk dan minum di dalam museum (ruang ketiga). Namun sang nenek menjawab dengan tegas dan sopan, "kamu tidak boleh duduk di dalam, duduklah di luar". Hahahaha, (ampun nek, dalam hati saya). Akhirnya saya duduk di luar, dan trik saya pun gagal total.

Toilet
Beberapa toilet yang saya gunakan di tempat umum, seluruhnya menggunakan mesin untuk masuk ke dalamnya. Dengan memasukan uang koin seharga 0.7 Euro (equivalen 10.500 IDR), pintu/gerbang dapat terdorong (pintu/gerbang yang dimaksud adalah seperti pintu/gerbang di halte transjakarta/ stasiun commuterline saat kita menempelkan kartu sebelum masuk). Mahalnya harga masuk toilet membuat saya sedikit menyesal setelah masuk toilet, namun apa daya kalau sudah kebelet. Setelah buang air kecil, biasanya saya merasa "tidak rela" apabila langsung keluar toilet, tapi juga tidak bisa buang air besar karena bukan jadwalnya. Sedangkan mandi pun tidak memungkinkan dan terlalu berlebihan. Jadi saya hanya maksimalkan untuk mencuci tangan dengan sabun, dan mencuci muka. Ya, sudah maksimal.