Orang Tokyo dan Orang Osaka
Layaknya orang-orang ibukota negara maju, warga Tokyo sangat sibuk dan individualistis, bahkan bisa dibilang seperti robot. Bahkan beberapa rekan Indonesia yang kami temui di Jepang pun mengiyakan hal tersebut. Hal ini agak berbeda dengan warga Osaka, yang sejatinya merupakan kota terbesar kedua di Jepang. Warga Osaka lebih “santai” (dalam artinya tidak se-robot warga Tokyo). Namun secara umum seluruh orang Jepang mempunyai kesamaan, yaitu disiplin, tepat waktu, pekerja keras, dan baik. Khusus poin terakhir yang disebutkan, akan diulas dalam penjelasan di bawah ini.
Orang Jepang Baik
Baik memiliki arti yang sangat luas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata baik berarti elok, patuh, teratur, rapi, tidak ada celanya, tidak jahat, dsb. Namun baik yang saya maksud akan saya jelaskan lebih jauh dengan contoh-contoh sebagai berikut. Pertama, selama saya berada 9 hari di Jepang (Akihabara, Odawara, Osaka, Kyoto) saya merasakan keadaan yang aman, sekalipun beberapa kali harus pulang hingga larut karena padatnya jadwal yang kami susun. Selain itu, tidak ada copet ataupun pihak - pihak yang berusaha menggunakan kesempatan dalam kesempitan di tengah kebingungan baik dalam perjalanan, menghitung uang, berjalan di gang kecil, dll. Ketiga, pada saat kami mengunjungi Fujiko Fujio Museum, hari sedang hujan. Saya dan NK menggunakan payung dan juga pelindung tas. Tanpa disadari oleh NK dan saya, pelindung tas NK terjatuh, tiba-tiba kami sadar bahwa ada seorang laki-laki berjas (perkiraan saya usia +- 40 tahun) mengantarkan pelindung tas NK di tengah ramainya situasi stasiun saat itu. Yang pasti pelindung tas tersebut tidak jatuh di dekat kami, karena saya mendengar panggilan dari seseorang yang saya abaikan karena saya yakin bukan kami yang dipanggil karena kami tidak mengenal orang Jepang mana pun. Kejadian tersebut terjadi di stasiun Kawasaki, dan semakin membuat saya respek terhadap orang Jepang.
Tsukiji Market
Belum lengkap rasanya makan sushi ataupun sashimi kalau belum ke pasar tradisional tsukiji yang terletak di pinggir kota Tokyo. Kita bisa makan sushi dan sashimi dari ikan yang baru dipotong. Bahkan beberapa toko memotong ikan di depan tokonya sehinggak kita bisa melihat prosesnya. Selain itu, banyak juga makanan-makanan lainnya di pasar ini. Saya jamin, gak nyesel kalau datang ke sini. Oh ya, kalau berniat datang, baiknya datang di pagi hari.
Ichiran Ramen
Ini adalah ramen terenak se-dunia. Setidaknya itu menurutku. Saya memang bukan penggemar fanatik ramen, tetapi dari seluruh ramen yang saya makan di Indonesia dan Jepang, ramen inilah yang paling meninggalkan kesan mendalam. Hal ini pun diiyakan oleh teman-teman yang sudah pernah makan. Sayangnya bagi saudara-saudaraku muslim tidak boleh menikmati ramen ini karena tidak halal. Ichiran Ramen buka 24 jam dan memiliki cabang yang banyak di kota-kota di Jepang.
Matsuya dan Yoshinoya
Apabila memiliki anggaran yang terbatas untuk liburan di Jepang, solusi untuk makan irit ada di 2 tempat makan ini. Dengan harga termurah 380 Yen (setara IDR 47 ribu), kita sudah mendapatkan nasi, lauk, dan minum. Tentang minum, berbeda dengan tempat makan/ restoran di Indonesia yang mana kebanyakn minum selalu dijual terpisah. Semua tempat makan yang saya singgahi baik mahal maupun murah, menyediakan air minum secara gratis. Biasanya air putih dingin ataupun ocha dingin. Saya juga tidak mengetahui kenapa tempat makan/ restoran di Jepang menyediakan minum yang dingin. Padahal udara di sana cukup dingin pada musim gugur.
Pachinko
Pachinko merupakan tempat bermain game di Jepang, kalau di Indonesia seperti timezone. Bedanya Pachinko menjamur di mana-mana bahkan sampai ke gang-gang di pinggiran kota, di mana-mana ada Pachinko. Perbedaan lainnya adalah game-game di dalamnya sangat modern, yang belum pernah saya temukan di Jakarta. Namun beberapa game klasik juga ada.
Toilet
Di Jepang, semua closet di toilet yang saya temui berjenis duduk, dan menggunakan air (bukan tissue seperti toilet di Eropa). Namun yang unik adalah, baik pembilas/ flush ataupun penyiram bokong, dikendalikan dari sebuah panel digital yang biasanya berada di sebelah kanan pada saat kita menggunakan closet. Yang uniknya lagi seringkali pada saat kita duduk di closet, akan terasa hangat di closet tersebut di tengah dinginnya udara di musim gugur.
Saat mengunjungi Tokyo Gyoen Park, saya berkesempatan masuk ke dalam toilet umumnya. Waktu itu keadaan pada sore hari, dan matahari sudah berada di ufuk barat. Sebelum masuk ke toilet, saya melihat bahwa toilet gelap, dan karena hasrat yang tak tertahankan, akhirnya saya tetap masuk ke dalam. Namun alangkah ajaibnya bahwa lampu menyala otomatis saat saya masuk dan kembali mati otomatis saat saya keluar. “Wah, canggih juga ni. Hemat energi jadiny.” Begitu pikirku. Tidak lama setelah itu, pikiran liar pun muncul, bagaimana kalau diaplikasikan di Indonesia. “Hmm, bisa jadi tidak dikira canggih, tapi horror.” Seloroh otakku.
Ngomong-ngomong lampu otomatis, banyak rumah di Kyoto yang juga demikian. Ketika kita melintas di depan rumah seseorang dan mengenai sensornya maka lampu rumah akan menyala dan sebaliknya.