Monday, October 3, 2016

Sulaiman, Sang Resepsionis

Di Express Inci Hotel, saya dibantu oleh seorang resepsionis dan seorang karyawan hotel lainnya. Sang resepsionis cukup bisa berbahasa inggris. Setidaknya kami dapat saling berkomunikasi dengan lancar tanpa hambatan berarti. Saya sempat mengeluhkan kepadanya karena tidak ada penjemputan oleh bus penjemput hotel, dia menanggapinya dengan langsung mengecek ke layar komputernya, tetapi nampaknya pesanan saya tidak termuat di sana. Saya pikir, ya sudahlah, yang penting saya sudah tiba di hotel dengan selamat.

Setelah memberikan kabar kepada keluarga di rumah dan mandi, saya bersiap berkeliling daerah sekitar hotel, sekaligus saya juga ingin menukarkan mata uang Euro menjadi Lira, karena 20 Euro yang saya tukarkan di bandara menjadi 63 Lira terpakai 60 Lira untuk membayar mobil pengantar dari bandara ke hotel.

Sebelum keluar hotel, saya berdiskusi sejenak dengan sang resepsionis. Saya menanyakan tempat makanan yang direkomendasikan dan dia menyebutkan sebuah tempat, kemudian saya menanyakan lokasinya. Dia menjelaskan dengan cukup rinci, kemudian saya menanyakan apakah makanannya enak. Menurut dia makanannya enak. Kemudian saya bertanya lagi, apa menu favorit di sana. Dia menjelaskan pesan apa saja di sana enak. Saya melanjutkan bertanya kembali, apakah dia pernah makan di sana? Jawabannya adalah tidak. Hahahaha.
Saya juga mengatakan bahwa saya ingin menukarkan Euro menjadi Lira, dan dia merekomendasikan ke bank yang lokasinya hanya 2 blok dari hotel.

Akhirnya saya keluar hotel, kemudian mengaktifkan GPS offline dan berjalan ke arah yang sudah diinformasikan. Setelah 5 menit berjalan, saya sudah mencapai titik keramaian, banyak pertokoan di kanan kiri jalan, dan orang berlalu lalang di trotoar kanan dan kiri jalan. Pertama-tama saya mencari bank untuk menukarkan uang, tetapi nampaknya seluruh bank sudah tutup karena waktu menunjukkan pukul 5 sore waktu Istanbul. Saya terus berkeliling mencari tempat penukaran uang namun tetap belum menemukan, sampai saya menemukan mall bernama Armoni Park. Saya masuk ke mall tersebut berharap menemukan tempat penukaran uang. Saya berkeliling lantai dasar, sampai menemukan pusat informasi, saya bertanya, tetapi sang informan mengatakan bahwa di mall tersebut tidak ada penukaran mata uang.

Saya keluar mall dan kembali ke keramaian, mencoba menelusuri beberapa jalan yang lebih kecil, tetapi juga tidak menemukan. Akhirnya saya mencoba strategi baru yaitu dengan memasuki beberapa toko yang saya kira bisa menukarkan Euro, namun hasilnya tetap nihil. Saya mulai berjalan kembali ke arah hotel, sambil masuk beberapa toko untuk membeli kebab dan makanan lain menggunakan Euro, tetapi sang pemilik menolak.

Di satu toko furniture besar, saya kembali menanyakan apakah bisa menukarkan Euro, sang pemilik menggelengkan kepalanya. Saya mengatakan kepadanya bahwa semua bank sudah tutup, dan di mana tempat yang dia rekomendasikan. Kemudian dari dalam tokonya yang tertutup kaca, dia menunjuk ke arah seberang tokonya, saya menyebutkan satu per satu toko di seberangnya, namun tidak ada satupun yang sesuai dengan yang ditunjuk, kemudian dia menarik tangan saya dan menunjuk seorang bapak yang duduk persis di depan trotoar tokonya.

Sebelumnya saya sudah melihat bapak tersebut dengan meja kecilnya (kalau di Jakarta mirip tukang baterai jam di pinggir jalan) dan memiliki suatu alat/besi/mesin dengan banyak kertas menyangkut di hampir seluruh sisi alatnya dan dikelilingi beberapa laki-laki Turki yang sedang mengobrol dengan bapak tersebut. Saya berasumsi itu alat tersebut semacam fasilitas lotere. Akhirnya saya keluar toko tersebut, dan bertanya tentang menukarkan Euro. Dengan Bahasa Inggris yang sangat sangat minim dia menanyakan berapa banyak yang saya ingin tukarkan, saya menjawab hanya 20 Euro. Namun dia tidak memahaminya, kemudian saya mengeluarkan uang 20 Euro dari saku celana, dan dia mengambil secarik kertas dan menuliskan 33. Huff, saya mengernyitkan dahi sambil menggelengkan kepala (penukaran di bandara 20 Euro equivalen dengan 63 Lira). Kemudian bapak tersebut beragumen dengan bahasa Turki yang tidak satu kata pun saya pahami, kemudian teman di sampingnya mulai berkata-kata juga, karena melihat saya tidak mengerti yang dijelaskan bapak tersebut. Mungkin maksudnya membantu sang bapak menjelaskan kepada saya. Sayangnya sang teman juga menggunakan bahasa Turki. Fiuhh.

Saya kemudian meninggalkan mereka berdua dengan mengucapkan terima kasih. Saya berjalan ke arah hotel tempat saya menginap karena saya mulai kehausan setelah berjalan kurang lebih 1.5 jam. Karena tidak punya Lira saya tidak bisa membeli apapun. Udara pun makin terasan semakin dingin, rasa-rasanya sekitar 20 derajat celcius. Sesampainya di hotel saya kembali berbicara dengan resepsionis tentang perjalanan singkat saya barusan, dan sang resepsionis mau membantu saya menukarkan uang dengan temannya. Saya sangat senang karena sang resepsionis sangat ringan tangan. 

Ups, ternyata saya belum mengetahui namanya, kemudian saya menanyakan namanya, dan dia melafalkan namanya, saya mengulangi penyebutannya, "Surelman?", dia menyebutkan namanya kembali, saya menyebutkan kembali, "Suriman?", Lagi lagi saya salah, dia menyebutkan kembali, saya berhenti beberapa detik untuk berpikir sejenak, tiba-tiba muncul di otak saya (mungkin Sulaiman). Akhirnya saya sebut, "Sulaiman?", dan dia menjawab, "Yaa", Hahahaha. Kami pun berjabat tangan. Akhirnya saya bilang kepadanya bahwa saya ingin beristirahat karena penerbangan saya ke amsterdam pukul 6 pagi esok hari. Kemudian Sulaiman menjelaskan bahwa saya harus berangkat dari hotel sejak pada pukul 3 pagi. Tak lupa saya minta tolong untuk dipesankan taksi untuk besok subuh, dan dia mengiyakan.

Saya menuju kamar menggunakan lift, di dalam lift saya masih memikirkan nama Sulaiman karena dari 3x pelafalan namanya semua terdengar ada huruf "r" di bagian tengah namanya. Tetapi ya sudahlah...

Di kamar, saya membereskan kembali barang-barang saya untuk keberangkatan esok pagi, kemudian mempelajari kembali rencana perjalanan selama di Amsterdam. Namun baru lima menit belajar, saya sudah merasakan kantuk yang hebat, mengingatkan lagi bahwa saya belum tidur di hari Jumat (malam Sabtu) karena mempersiapkan seluruh pesanan hotel dan kereta selama di Eropa, agak mepet memang karena Visa Schengen saya juga baru disetujui hari jumat siangnya alias H-1 sebelum keberangkatan!

Tepat pukul 2.30 saya bangun, bersiap, dan turun ke lobi untuk checkout. Kemudian sang resepsionis (bukan Sulaiman) memesankan taksi. Saya menaiki taksi berwarna kuning dan langsung menuju ke bandara. Sesampainya di bandara saya melihat argo taksi, ternyata hanya 15.13 lira. Saya mengeluarkan pecahan uang 50 Lira dan dikembalikan oleh supir taksi sebesar 35 lira, tak lupa saya mengucapkan, "tessekurler!"

No comments:

Post a Comment